
Sutiatun, salah seorang tetangga Mbah Sumiadi menuturkan, Mbah Sumadi mulai menempati gubuk reot itu sejak tidak lagi hidup bersama dua anaknya. Gubuk reot yang ditempati Mbah Sumadi merupakan gubuk milik warga setempat yang biasanya difungsikan sebagai gudang penyimpanan alat-alat pertanian. "Mbah tinggal disana sendirian, dia sudah tidak bisa apa-apa jadi ada warga yang merelakan gubuknya ditempati Mbah Sumadi," ujar Sutiatun.
Menurut Sutiatun, selama tinggal di gubuk reot itu, Mbah Sumadi lebih banyak berdiam diri sambil memperhatikan tikus-tikus liar yang lalu lalang di hadapannya. "Gubuknya itu kan bolong-bolong dan terbuka jadi tikus mudah keluar masuk gubuk," paparnya.
Penderitaan Mbah Sumadi tidak cukup hanya sampai disitu, setiap hari untuk memenuhi kebutuhan makanan. Mbah Sumadi hanya berharap dari bantuan dan kerelaan warga setempat. Namun tak jarang Mbah Sumadi tidak mendapat makanan sama sekali selama beberapa hari. "Warga disini memanggilnya Mbak Bincok alias orang yang hanya berharap dikasih makan. Tapi warga ikhlas membantu karena kasihan," ungkap Sutiatun.

Masih ingatkah pemerintah kita dengan UUD 45 pasal 34 yang berbunyi : “Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.”? jangan cuma bisa bilang, "Saya Prihatin...".
0 komentar:
Posting Komentar