uanku Ahmad Salim dari Gujarat berlabuh di Selat Berhala, Jambi.
Kemudian Ahmad Salim mendirikan pemerintahan baru yang dipimpinnya
berdasarkan ajaran islam, beliau bergelar Datuk Paduko Berhalo. Istrinya
adalah seorang putri Minangkabau yang bernama Putri Selaras Pinang
Masak. Mereka di karuniai 4 orang anak. Tiga diantaranya telahpun
menjadi datuk di wilayah sekitar Kuala. Hanya si bungsu yang belum
menjadi datuk, dia bernama Orang Kayo Hitam. Orang Kayo Hitam ingin
memperluas wilayah kekuasaan ayahnya sampai ke pedalaman agar keluarga
mereka bisa menjadi penguasa di seluruh wilayah manapun.
Untuk mendukung cita-citanya itu, Orang Kayo Hitam melakukan
perjalanan dengan menggunakan sampai menuju ke arah hulu sungai. Di
tengah perjalanan Orang Kayo Hitam menemukan sehelai rambut yang melilit
dahan pohon. Rambut itu panjang, hitam dan berkilat menandakan
pemiliknya adalah seorang gadis yang cantik jelita. Orang Kayo Hitam
bermaksud ingin mencari pemilik rambut tersebut dan akan menjadikannya
sebagai istrinya. Kemudian berjalanlah Orang Kayo Hitam menyusuri wilayah sekitar tempat itu sambil berharap menemukan si pemilik rambut tersebut.
Dalam perjalanan yang panjang itu akhirnya Orang Kayo Hitam sampai di
sebuah wilayah yang di sebut Temenggung Merah Mato. Di namai Temenggung
Merah Mato sebab penguasa daerah itu di panggil sesuai dengan nama
daerah wilayah kekuasaannya. Temenggung Merah Mato memiliki seorang
putri yang bernama Putri Mayang Mangurai. Putri ini sangat cantik dan
memiliki rambut yang sangat indah. Ternyata rambut yang dijumpai oleh
Orang Kayo Hitam adalah rambut milik Putri Mayang Mangurai. Kemudian
Orang Kayo Hitampun menyampaikan maksudnya untuk mempersunting Putri
Mayang Mangurai menjadi istrinya. Namun ternyata putri itu mengajukan
syarat kepada Orang Kayo Hitam. Putri meminta Orang Kayo Hitam untuk
mengalahkan pengawal pribadinya.
Setelah melewati pertempuran yang menguras tenaga, Orang Kayo Hitam
dapat mengalahkan pengawal pribadi Putri Mayang. Sebagai hadiahnya Orang
Kayo Hitam minta segera dinikahkan oleh sang putri. Tapi ternyata putri
kembali mengajukan beberapa syarat lagi. Orang Kayo Hitam memutuskan
untuk pergi ke Pulau Jawa guna memenuhi semua syarat yang diajukan sang
putri. Setelah menemui berbagai kesulitan, keempat permintaan Putri
Mayang Mangurai dapat dipenuhi oleh Orang Kayo Hitam. Putri merasa
senang sekali karena ternyata calon suaminya adalah orang yang memiliki
tekad yang kuat dan tidak pantang menyerah.
Atas ijin ayahnya, menikahlah Putri Mayang Mangurai dengan Orang Kayo
Hitam. Sebagai hadiah pernikahan pasangan pengantin ini diberikan
sebuah sampan yang benama Kajang Lako dan sepasang angsa putih yang
cantik. Sang ayah kemudian berpesan kepada mereka berdua agar pergi
berlayar di temani dua angsa tersebut. Temenggung Merah Mato berpesan
agar mereka berlayar ke wilayah Sungai Batanghari dan apabila dua angsa
tersebut berhenti disuatu wilayah hingga dua hari, maka di tempat itulah
mereka akan tinggal. Setelah menyusuri Sungai Batanghari, kedua angsa
itu berhenti dan menginap. Maka di situlah sepasang pengantin ini hidup
dan beranak pinak. Orang Kayo Hitam melihat di sekitar Sungai Batanghari
itu banyak sekali di tumbuhi pohon pinang. Oleh karena itu Orang Kayo
Hitam menamai daerah itu dengan nama Jambi dan kemudian menjadi pusat
pemerintahan. Dalam bahasa jawa Pinang di sebut jambe. Orang Kayo Hitam mendirikan kerajaan yang secara turun temurun di kerajaan di jambi di kuasai oleh anak-anak Orang Kayo Hitam.
Orang Kayo sebagai Cerita rakyat dari Jambi ini mengisahkan tentang sejarah berdiri daerah Jambi yang dikenal sebagai daerah Angso Duo (Dua Angsa). Cerita turun temurun ini terus diingat oleh penduduk Jambi hingga sekarang.
Kamis, 28 Maret 2013
Orang Kayo Hitam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar