Dahulu kala
sebuah kerajaan berdiri di Jawa Barat. Kerajaan itu diperintah oleh seorang
prabu yang arif bijaksana. Rakyatnya hidup sejahtera.
Sayang sekali Prabu
dan permaisurinya tidak dikaruniai keturunan. Bertahun-tahun mereka menunggu
kehadiran seorang anak, hingga sang Prabu memutuskan untuk pergi ke hutan dan
berdoa. Ia memohon kepada Yang Maha Kuasa untuk memberinya keturunan.
Seluruh kerajaan
ikut bergembira ketika akhirnya doa Prabu dan Permaisuri dikabulkan. Permaisuri
mengandung dan melahirkan seorang bayi perempuan yang cantik.
Puteri tumbuh
menjadi seorang gadis yang cantik. Karena ia puteri satu-satunya dan
kelahirannya dulu begitu lama dinantikan, ia sangat dimanja. Semua keinginannya
dituruti.
Sekarang sang
puteri sudah dewasa. Sebentar lagi ia akan berusia tujuh belas tahun. Rakyat
kerajaan mengumpulkan banyak sekali hadiah untuk puteri tercinta mereka. Sang
Prabu mengumpulkan semua hadiah dari rakyat dan berniat akan membagi-bagikannya
kembali kepada mereka.
Ia hanya
menyisihkan sedikit perhiasan emas dan beberapa batu permata. Ia kemudian meminta tukang
perhiasan untuk melebur emas itu dan membuatnya menjadi sebuah kalung permata
yang indah untuk puterinya.
Pada hari ulang
tahun sang puteri, Prabu menyerahkan kalung itu.
“Puteriku,
sekarang kau sudah dewasa. Lihatlah kalung yang indah ini. Kalung ini hadiah
dari rakyat kita. Mereka sangat menyayangimu. “
“Pakailah kalung
ini, nak.”
Rakyat kerajaan
sengaja datang berduyun-duyun untuk melihat sang puteri pada hari ulang
tahunnya. Mereka ingin melihat kalung yang sangat elok bertaburan batu permata
berwarna-warni itu menghias leher puteri kesayangan mereka.
Puteri hanya
melirik kalung itu sekilas.
Prabu dan
Permaisuri membujuknya agar mau mengenakan kalung itu.
“Aku tidak mau,’
jawab puteri singkat.
“Ayolah, nak,”
kata permaisuri, ia mengambil kalung itu hendak memakaikannya di leher
puterinya. Namun puteri
menepis tangan permaisuri hingga kalung itu terbanting ke lantai.
“Aku tak mau
memakainya! Kalung itu jelek! Jelek!” jeritnya sambil lari ke kamarnya.
Permaisuri dan
semua yang hadir terpana. Kalung warna-warni yang indah itu putus dan
permatanya berserakan di lantai.
Permaisuri
terduduk dan mulai menangis. Lambat laun semua wanita ikut menangis, bahkan
para pria pun ikut menitikkan air mata. Mereka tak pernah mengira puteri yang sangat mereka sayangi dapat berbuat seperti itu.
Tiba-tiba di
tempat kalung itu jatuh muncul sebuah mata air yang makin lama makin besar
hingga istana tenggelam. Tak hanya itu, seluruh kerajaan tergenang oleh air,
membentuk sebuah danau yang luas.
Danau itu
sekarang tidak seluas dulu. Airnya nampak berwarna-warni indah karena pantulan
warna langit dan pohon-pohonan di sekelilingnya. Namun orang percaya bahwa
warna-warna indah danau itu berasal dari kalung sang puteri yang ada di
dasarnya.
Danau itu
disebut Telaga Warna, letaknya di daerah Puncak, Jawa Barat.
Gambar: http://hoteldipuncak.net/wp-content/uploads/telagawarna.jpg
0 komentar:
Posting Komentar