Kamis, 06 September 2012

7 Tipe Perempuan Lajang

Setiap orang pasti memiliki pemikiran dan impian-impian tentang suatu hubungan yang bahagia. Michelle Cove, seorang penulis, melakukan penelitian dengan mewawancarai lebih dari 100 perempuan. Dia mencoba menentukan apa saja yang menjadi keinginan dan mimpi dari para perempuan lajang tentang suatu hubungan. Setelah mewawancarai para peremuan tersebut, dan ini 7 tipe wanita lajang :

1. Pencari "soulmate"
Perempuan ini percaya setiap orang memiliki belahan jiwa dan ia akan melakukan apa saja untuk bisa menemukan "the one". Sayangnya, kadang-kadang ia terlalu terfokus untuk mencari pria yang tepat sehingga melewatkan pria-pria lain yang mungkin akan cocok untuknya.

2. Ingin bangkit

Lajang yang baru saja mengakhiri hubungan yang menyakitkan akan melakukan apa pun yang bisa dilakukan untuk bangkit dari keterpurukan dan menjadi lebih baik. Ia tidak menyesali apa yang terjadi dan berusaha mengambil hikmah dari semua peristiwa yang terjadi.

3. Mengalir saja

Perempuan seperti ini lebih suka membiarkan hidupnya mengalir begitu saja. Dia lebih suka hidup sendiri daripada berburu pria dengan berbagai cara. Bila akhirnya ia bertemu jodoh, hal itu terjadi secara alami.

4. Menunggu

Mereka percaya dengan kisah-kisah dongeng, di mana para perempuan menunggu untuk "diselamatkan" oleh seorang pangeran. Perempuan ini yakin suatu saat akan ada pria yang mampu mengangkat kehidupannya dan ia memilih menunggu kehadiran pria tersebut.

5. Telat kawin

Seumur hidupnya ia memuaskan keinginan dirinya untuk meraih kepuasan, entah itu dalam karier, pergaulan, maupun pencapaian lainnya. Ketika akhirnya ia merasa sudah waktunya mencari calon suami, ia menghentikan begitu saja segala aktivitas yang semula menjadi prioritasnya.

6. Tipe bebas

Perempuan pada kategori ini selalu mengkhawatirkan apakah dia harus memilih antara hidup sendiri dan berkomitmen. Biasanya, dia akan memilih hidup sendiri, tetapi bebas menentukan arah hidupnya.

7. Ingin menikah

Perempuan ini biasanya baru akan berkhayal tentang suatu pernikahan setelah seumur hidupnya tidak memedulikan konsep pernikahan. Hal ini biasanya terdorong oleh suatu peristiwa besar yang membuka pikirannya bahwa sesuatu yang semula diyakininya ternyata tidak tepat.

0 komentar:

Posting Komentar